Tuesday, October 30, 2012

Benci Karena Alloh dan Tanda-tandanya

Tulisan ini ana ambil dari buku karya  Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan yang telah diterjemahkan dan  berjudul "Cinta dan Benci Karena Alloh


  • Larangan berwala' kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani
Sebagaimana Alloh azawajal memerintahkan kepada kaum mukminin agar saling mencintai karena-Nya, Alloh juga melarang mereka dari mencintai musuh-musuh-Nya. Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman-teman setia, (karena) sebagian mereka adalah wali pelindung bagi sebagian yang lain. Barangsiapa si antara kalian mengambil mereka sebagai teman setia (wali pelindungnya), maka sesungguhnya ia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." (Al-Maidah: 51)
Alloh melarang kita memberikan wala' (loyalitas) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Hal ini mencakup mencintai mereka dalam hati, membantu mereka menghadapi mukminin, dan membela mereka (Yahudi, Nasrani) serta menganggap baik ajaran mereka, termasuk pula memuji, menyanjung dan kagum terhadap mereka. Semua ini masuk dalam kategori loyalitas (wala') kepada mereka. Karenanya, orang yang mencintai mereka dengan hatinya jadilah ia sebagai wali mereka, berwala' kepada mereka, bersama mereka dan termasuk golongan mereka, sebagaimana firman Alloh subhanahu wa ta'ala:

"Barangsiapa di antara kalian mengambil mereka sebagai teman setia, maka sesungguhnya ia termasuk golongan mereka." (Al-Maidah: 51)

  • Larangan berwala' kepada musuh-musuh Alloh meskipun kerabat dekat
Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin dari berloyalitas kepada musuh-musuh Alloh sekalipun mereka adalah kerabat terdekat:

"Engkau takkan dapati suatu kaum yang beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya, sekalipun orang-orang itu ayah-ayah, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka sendiri." (Al-Mujaadalah: 22)

Seorang mukmin membenci musuh Alloh. Sebab dia adalah wali Alloh, maka sia membenci musuh Alloh sekalipun orang itu adalah manusia yang paling dekat dengannya; para ayah, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka sendiri. Sungguh Alloh subhanahu wa ta'ala telah menyebutkan tentang kekasih-Nya;Ibrahim 'alaihisalam ketika ia berlepas diri dari bapaknya, Alloh subhanahu wa ta'ala menjadikan sebagai qudwah (teladan) bagi kita.

Alloh subhanahu wa ta'ala menyebutkan dalam Surat Maryam bahwa Nabi Ibrahim 'alaihisalam ketika mengajak ayahnya untuk mentauhidkan Alloh dan meninggalkan peribadatan kepada berhala, beliau melihat ayahnya bersikeras di atas kekafirannya kepada Alloh dan peribadahannya kepada berhala, bahwa ia tak bakal menerima dakwah Ibrahim, maka Nabi Ibrahim berkata sebagaimana dalam ayat:

"...aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kau seru selain Alloh, dan aku akan berdo'a kepada Rabbku." (Maryam: 48)

Orang mukmin itu musuh bagi orang kafir, karena orang kafir adalah musuh Alloh, meskipun ia kerabat yang paling dekat dengannya. Dan selama dia musuh bagi Alloh, maka dia adalah musuh bagi kita.

"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi wali pelindung sebagian yang lain. Jika kalian (wahai muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah Alloh perintahkan itu, niscaya akan terjadi fitnah kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (Al-Anfal: 73)

Firman Alloh subhanahu wa ta'ala "Jika kalian (wahai muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah Alloh perintahkan itu" maknanya: "jika kalian tidak menjadikan orang-orang mukmin sebagai wali dan orang-orang kafir sebagai musuh, maka akan terjadi fitnah di muka bumi", yakni bahwa kebenaran akan tercampur-samar dengan kebatilan, dan orang-orang kafir akan berbaur sama dengan kaum muslimin, dengan demikian terjadilah fitnah dalam hal akidah, sehingga bisa jadi seorang muslim-mukmin terpengaruh dengan keyakinan-keyakinan orang kafir, lalu hal itu menyusup kepadanya.

Inilah fitnah dan kerusakan yang besar; yakni bila telah hilang pembeda antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir, sehingga orang-orang kafir bercampur-baur dengan orang-orang mukmin dan (muncul) berbagai kerusakan lainnya. Karenanya, cinta dan benci hendaklah dilandasi berdasr iman ataupun kufur, bukan berdasarkan yang lain.



No comments:

Post a Comment