Sunday, October 21, 2012

Kisahku bersama 'mereka' (1)


Bismillah

Ini adalah kisah dan pengalaman ana pribadi selama menjadi seorang aktivis kampus. Terbesit hati untuk menuangkan tulisan ini agar teman-teman aktivis "Islam" kampus/diluar kampus dapat terbuka hatinya dalam mengakui kesesatan mereka serta menerima Al-Haq (kebenaran). Ana membagi tulisan ringkas ini kedalam poin-poin yang semoga saja dapat dimengerti oleh kalangan mereka ataupun umum.

  1. Liqo

Liqo itu suatu kelompok ngaji dimana ada satu pembimbing atau tentor atau istilah kerennya itu Murobi. Tugas Murobi itu menyampaikan materi kepada anak-anak bimbingannya dia. setelah ikut liqo sekian lama, jadi sedikit tau beberapa penyimpangannya:



  • Secara sembunyi-sembunyi

Dikalangan aktivis-aktivis "Islam" kampus, sudah merupakan hal yang umum diketahui bahwasannya Liqo' an mereka wajib dilakukan ditempat-tempat yang mana publik tidak mengetahuinya. Seperti di kos-kosan yang banyak akhwat berjilbab "besar". Yang lebih mengherankan lagi, anggota liqo' tidak boleh memberitahukan siapa nama Murrobi' (Guru) mereka kepada siapapun meskipun kepada teman sesama aktivis "Islam" kampus. Sampai saat ini pun ana belum mengetahui alasan dibalik tujuan itu, yang jelas secara kacamata awam tindakan seperti itu jelas sangat mengherankan. Ada kalam 'Umar Ibn 'Abdul 'Aziz sebagai berikut:

 “Apabila kalian menjumpai suatu kaum sembunyi-sembunyi dalam urusan agama mereka tanpa melibatkan orang umum, maka ketahuilah mereka membangun pondasi kesesatan.”

[Riwayat Ahmad dalam Az-Zuhd hal. 48, Ad-Darimi dalam Sunan-nya 1/343, 344 tahqiq Husain Asad dengan nama Musnad Ad-Daarimi, Al-Laalikaa'i dalam Syarh Ushul I'tiqad Ahlis Sunnah 1/135, Ibnu 'Abdil Barr dalam Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlih 2/932]


  • Murobi

 Dulu kalo ana melihat seorang akhwat yang sudah menjadi murobi maka hati ana hanya bisa berkata subhanalloh, pasti ilmu dan akhlaknya baik sekali. Tapi kalo kita pikir-pikir lagi, mereka-mereka yang jadi murobi itu lebih karena senioritas, jadi siapa yang lebih lama di organisasi, dan liqo maka dia bisa jadi murobi. Mereka seakan lupa akan sabda Rosulullah sholallahu 'alayhi wassalam yang mereka pun pasti sering mengumandangkannya:

"Al 'Ilmu Qoblal Qouli wal 'Amal" (Berilmu sebelum berucap dan beramal)
HR. Bukhori

Padahal ilmu mereka belum mencukupi untuk bisa menyampaikan materi seperti aqidah dsb, bahkan ada kejadian seorang murobi belum lancar baca Al-Qur'an tapi karena dia pandai dalam berorganisasi, merangkai kata-kata yang menyejukkan hati maka dia di jadikan seorang murobi.


  • Laporan amal yaumi

Oh ya..kalo lagi liqo tuh ada hal yang tidak ana sepakati dan ana setujui, yaitu adanya laporan amal yaumi (amal harian). Selama ini ana selalu berpikir, kenapa ana harus melaporkan amal ibadah kepada seorang manusia? ibadah adalah urusan kita kepada Alloh, untuk menjaga amal ibadah kita terhindar dari riya yaa pastinya orang lain tidak perlu tau berapa kali kita puasa sunnah, berpa kali kita sholat sunnah, sholat tahajud dsb. Ana pernah bertanya akan hal itu sama murobi ana tapi jawabannya tidak bisa diterima. Kenapa? Tentu karena dangkal nya 'Ilmu.

Makna dari Riya' itu adalah melakukan amalan agar dipuji oleh orang lain. Dan Riya' itu sendiri dapat menghapus amalan. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata ketika memberikan perumpamaan untuk syirik ashgar: “Syirik ashgar itu seumpama riya’ yang ringan.”

Tidakkah mereka mengetahui tentang perkara ini? atau mereka pura-pura tidak mengetahuinya?
Wallahu'alam.


  • Ngrumpi

Sebenernya kalo mau di pikir-pikir lagi, acara liqo itu lebih banyak cerita-ceritanya atau bahasa awamnya ngrumpi. Tapi karena dibungkus dengan bahasa liqo, jadi kita sendiri ngga ngrasa kalo kita tuh ngga dapet apa-apa, karena ilmunya tuh cuma sedikit banget dibanding dengan cerita yang ngga jelas intinya apaan.

Semoga tulisan awal ini bisa menjadi bahan renungan buat yang masih ikut liqo-liqo di kampus. Insya Alloh bersambung

No comments:

Post a Comment